Oleh: si Pincang

08 Rajab 1431H
19 June 2010
19:30




Hasil gambar untuk syech abdul qodir jaelani
Sirr Al Asrar -RAHASIA DI DALAM RAHASIA ]
Sheikh Abdul Qadir Al-Jailani
MANUSIA KEMBALI KE ASAL USUL

Manusia dipandang dari dua sudut; wujud lahiriah dan wujud rohani. Dalam segi keberadaan lahiriah keadaan kebanyakan manusia adalah lebih kurang sama di antara satu sama lain. Oleh karena itu peraturan kemanusiaan yang umum dapat digunakan untuk manusia bagi urusan lahiriah mereka. Dalam sudut kewujudan rohani yang tersembunyi di balik wujud lahiriah, setiap manusia adalah berbeda. Jadi, diperlukan peraturan yang khusus mengenai diri masing-masing.
Manusia dapat kembali ke asalnya dengan mengikuti peraturan umum, dengan mengambil langkah-langkah tertentu. Dia harus mengambil peraturan agama yang jelas dan  mematuhinya. Dengan demikian dia bisa maju ke depan. Dia bisa meningkat dari satu tingkat ke tingkat yang lebih tinggi sehingga dia sampai dan memasuki jalan atau tingkat kerohanian, masuk ke daerah Makrifat. Tahap ini sangat tinggi dan dipuji oleh Rasulullah saw, "Ada suasana yang semua dan sesuatu berkumpul di sana dan ia adalah Makrifat yang murni".
 
Untuk sampai ke tingkat tersebut Perlulah dibuang kepura-puraan dan kepalsuan dalam melakukan kebaikan karena hiperbolis. Kemudian dia perlu menetapkan tiga tujuan. Tiga tujuan tersebut sebenarnya adalah tiga jenis surga.
- Yang pertama dinamakan Ma'wa – surga tempat kediaman yang aman. Ia adalah syurga duniawi.
- Kedua, Na'im – taman keridhaan Allah dan karunia-Nya kepada makhluk-Nya. Ia adalah syurga di dalam alam malaikat.
- Ketiga dinamakan Firdaus – syurga alam tinggi.
Ia adalah syurga pada alam kesatuan akal asbab, rumah kediaman bagi roh-roh, medan bagi nama-nama dan sifat-sifat. Semua ini adalah balasan yang baik, keelokan Allah yang manusia berjasad akan nikmati dalam usahanya sepanjang tiga tingkat ilmu pengetahuan yang berturut-turut; usaha mematuhi peraturan syariat; usaha menghapus cabang-cabang pada dirinya, melawan penyebab yang menimbulkan suasana bercabang-cabang itu, yaitu ego diri sendiri, untuk mencapai tingkat persatuan dan kehampiran dengan Pencipta; akhirnya usaha untuk mencapai Makrifat, dimana dia mengenali Tuhannya.Tingkat pertama dinamakan Syariat, kedua Tarekat dan ketiga Makrifat.
 
Nabi Muhammad saw menyimpulkan kondisi tersebut dengan sabda beliau SAW,
"Ada suasana di mana semua dan segala sesuatu dikumpulkan dan ia adalah hikmah kebijaksanaan (Makrifat)". Beliau juga bersabda, "Dengannya seseorang mengetahui kebenaran (hakikat), yang berkumpul di dalamnya sebab-sebab dan semua kebaikan. Kemudian seseorang harus bertindak atas kebenaran (hakikat) tersebut. Dia juga perlu mengenali kepalsuan dan bertindak ke atasnya dengan meninggalkan segala yang demikian ". 
Beliau mendoakan, "Ya Allah, tunjukkan kepada kami yang benar dan jadikan pilihan kami mengikuti yang benar itu. Dan juga tunjukkan kepada kami yang tidak benar dan permudahkan kami meninggalkannya ". 
Orang yang kenal dirinya dan menentang keinginannya yang salah dengan segala kekuatannya akan sampai kepada mengenali Tuhannya dan akan menjadi taat kepada kehendak-Nya.
Semua ini adalah peraturan umum yang mengenai diri lahir manusia. Kemudian ada pula aspek diri rohani atau diri batin manusia yang merupakan insan yang murni, suci bersih dan murni.Maksud dan tujuan diri ini hanya satu yaitu mendekatkan secara keseluruhan kepada Allah SWT . Satu cara saja untuk mencapai suasana yang demikian, yaitu pengetahuan tentang yang sebenarnya (hakikat). Di dalam daerah wujud penyatuan mutlak, pengetahuan ini dinamakan kesatuan atau keesaan.
Tujuan pada jalan tersebut harus diperoleh di dalam kehidupan ini. Di dalam suasana itu tidak berbeda antara tidur dengan jaga, karena di dalam tidur roh berkesempatan membebaskan dirinya untuk kembali ke asalnya, alam arwah, dan dari sana kembali ke sini dengan membawa berita-berita dari alam gaib. Fenomena ini dinamakan mimpi. Dalam keadaan mimpi ia berlaku secara sebagian-bagian. Ia juga dapat terjadi secara menyeluruh seperti Isra dan Mi'raj Rasulullah sawAllah berfirman:
"Allah memegang jiwa-jiwa ketika matinya dan yang tidak mati, dalam tidurnya, lalu Dia tahan yang dihukumkan mati atasnya dan Dia lepaskan yang lain". (Surah Zumaar, ayat 42).
Nabi saw bersabda, "Tidur orang alim lebih baik dari ibadah orang jahil". 
Orang alim adalah orang yang telah memperoleh pengetahuan tentang hakikat atau yang sebenarnya, yang tidak berhuruf, tidak bersuaraPengetahuan demikian diperoleh dengan terus menerus berzikir nama keesaan Yang Maha Suci dengan Dzikir Sirr. Orang alim adalah orang yang dzat dirinya diubah menjadi cahaya suci oleh cahaya keesaan. Allah berfirman dalam rasul-Nya:
"Insan adalah rahasia-Ku dan Aku rahasianya. 
Pengetahuan batin tentang hakikat roh adalah rahasia dari sebagian rahasia-rahasia-Ku. Aku masukkan ke dalam hati hamba-hamba-Ku yang baik-baik dan tadak ada yang mengetahui keadaannya kecuali Aku. "
"Aku adalah sebagaimana hamba-Ku mengenal Aku. 
Bila dia mencari-Ku dan ingat kepada-Ku, Aku besertanya. Jika dia mencari-Ku di dalam, Aku mendapatkannya dengan Dzat-Ku. Jika dia ingat dan menyebut-Ku di dalam keadaan yang baik, Aku ingat dan menyebutnya di dalam keadaan yang lebih baik ".
 
Segala yang dikatakan di sini jika berhasrat mencapainya perlulah melakukan tafakur – cara mendapatkaan pengetahuan yang demikian jarang digunakan oleh banyak orang. Nabi SAW bersabda, "Satu saat bertafakur lebih bernilai dari satu tahun beribadah". "Satu saat bertafakur lebih bernilai dari tujuh puluh tahun beribadat". "Satu saat bertafakur lebih bernilai dari seribu tahun beribadat".
Nilai sesuatu amalan itu tersembunyi di dalam hakikat yang sebenarnya. Perbuatan bertafakur di sini nampaknya mempunyai nilai yang berbeda.
Barang siapa merenungi sesuatu dan mencari penyebabnya dia akan menemukan setiap bagian memiliki bagian-bagian sendiri dan dia juga menemukan salah satu itu menjadi penyebab penyebab hal lain. Renungan seperti ini bernilai satu tahun ibadah.
Barang siapa merenungi pengabdiannya dan mencari penyebab dan alasan dan dia dapat mengetahui yang demikian, renungannya bernilai lebih dari tujuh puluh tahun ibadah.
Barang siapa merenungkan hikmah kebijaksanaan Ilahi dan bidang Makrifat dengan segala kesungguhannya untuk mengenal Allah Yang Maha Tinggi, renungannya bernilai lebih dari seribu tahun ibadah karena ini adalah ilmu pengetahuan yang sebenarnya.
 
Pengetahuan yang sebenarnya adalah suasana kemanunggalan. Orang arif yang menyintai menyatu dengan yang dicintainya. Dari alam materi terbang dengan sayap kerohanian meninggi hingga puncak prestasi. Bagi anggota ibadat berjalan di dalam syurga, sementara orang arif terbang ke posisi dekat dengan Tuhannya.
   
Para pencinta mempunyai mata pada hati mereka
mereka memandang sementara yang lain terpejam
sayap yang mereka miliki tanpa daging tanpa darah
mereka terbang ke arah malaikat Tuhan-lah yang dicari!
 
Penerbangan ini terjadi di dalam alam kerohanian orang arif. Para arifbillah mendapat penghormatan disebut insan kamil, menjadi kekasih Allah, sahabat-Nya yang akrab, pengantin-Nya. Bayazid al-Bustami berkata, "Para Pemegang Makrifat adalah pengantin Allah Yang Maha Tinggi".
Hanya pemilik 'pengantin yang pengasih' mengenali mereka dengan dekat dan secara mesra ..Orang-orang arif yang menjadi sahabat akrab Allah, walaupun sangat cantik, tetapi ditutupi oleh kondisi eksternal yang sangat sederhana, seperti manusia biasa. Allah berfirman dalam rasul-Nya:
"Para sahabat-Ku tersembunyi di bawah kubah-Ku. Tiada yang mengenali mereka kecuali Aku ".
Kubah yang di bawahnya Allah sembunyikan sahabat-sahabat akrab-Nya adalah kondisi mereka yang tidak terkenal, rupa yang biasa saja, sederhana dalam segala hal. 
Bila melihat ke pengantin yang ditutupi oleh tabir pernikahan, apakah yang dapat dilihat kecuali tabir itu?
Yahya bin Muadh al-Razi berkata, "Para kekasih Allah adalah air wangi Allah di dalam dunia. Tetapi hanya orang-orang yang beriman yang benar dan jujur saja bisa menciumnya ".
 Mereka mencium keharuman baunya lalu mereka mengikuti bau itu. Keharuman itu mengwujudkan kerinduan terhadap Allah dalam hati mereka. Masing-masing dengan cara tersendiri mempercepatkan langkahnya, menambahkan usaha dan ketaatannya. Derajat kerinduannya, keinginannya dan kecepatan perjalanannya tergantung berapa ringan beban yang dibawanya, sejauh mana dia telah melepaskan diri keterikatan benda dan dunia. Semakin banyak seseorang itu menanggalkan pakaian dunia yang kasar ini semakin dia merasakan kehangatan.Penciptanya dan semakin dekatlah kepada permukaan akan muncul diri rohaninya.Kedekatan dengan yang asli (hakikat) bergantung kepada sejauh mana seseorang itu melepaskan keterikatan pada benda dan keduniaan yang menipu daya.
Penanggalan aspek cabang-cabang pada diri membawa seseorang dekat dengan satu-satunya kebenaran. Orang yang akrab dengan Allah adalah orang yang telah membawa dirinya kepada keadaan kekosongan. Hanya setelah itu baharulah dia dapat melihat keberadaan yang sesungguhnya (hakikat). Tidak ada lagi kehendak pada dirinya untuk membuat suatu pilihan.Tiada lagi 'aku' yang tinggal, kecuali kewujudan satu-satunya yaitu yang sebenarnya (hakikat).Meskipun berbagai kekeramatan yang muncul melalui dirinya sebagai bukti kedudukannya, dia tidak terpesona dengan semua itu. Di dalam suasananya tidak ada pembukaan terhadap rahasia-rahasia karena membuka rahasia Ilahi adalah kekufuran.
Di dalam buku yang berjudul "Mirsad" ada dituliskan, 'Semua orang yang mendapat kekeramatan lahir melalui mereka tutup darinya dan tidak memperdulikan keadaan tersebut. Bagi mereka masa kekeramatan tersebut muncul melalui mereka dianggap seperti ketika perempuan keluar darah haid. Wali-wali yang dekat dengan Allah perlu mengembara sekurang-kurangnya seribu tahap, yang pertama adalah pintu kekeramatan. Hanya mereka yang dapat melewati pintu ini tanpa terlena akan meningkat ke tahap-tahap lain yang lebih tinggi. Jika mereka terlena mereka tidak akan sampai ke mana-mana.

bersambung...

Post a Comment