Oleh: Si Pincang

06 Dzulhijjah 1433H
23 October 2012
05:35

Bukan sebuah jalan lurus, datar, dan bertabur bunga di kanan kirinya. Jalan itu sangat terjal. Ya, sangat terjal. Berliku, mendaki, dan penuh onak dan duri. Jalan yang menjadikan tak sempat berjalan dengan nyaman, selalu pincang. Sang tokoh panutan telah sempurna menyampaikan uswah yang tersirat dari potongan-potongan sejarah perjuangan beliau.
Nabi Muhammad, nabi yang paling banyak diuji dan paling berat ujiannya. Cercaan kaum kafir Quraisy, puluhan perang yang harus dilewati, kematian orang-orang yang sangat dikasih. Dilempar kotoran unta oleh kafir Makkah, dilempari batu penduduk Thaif, diusir dari kampungnya, dipukul gerahamnya hingga retak, tujuh puluh sahabatnya terbunuh, diboikot beberapa lama hingga beliau hanya dapat memakan dedaunan, bahkan mengikat batu di perut untuk menahan laparnya.

Jauh sebelum Muhammad, Nabi Zakariyah dibunuh kaumnya, Nabi Yahya dijagal, Musa ’Alaihi salam diusir dan dikejar-kejar bersama kaumnya, ibrahim dibakar hidup-hidup. Nabi Nuh diuji dengan ejekan dan olok-olokkan umatnya selama 950 tahun. tapi hanya sedikit yang mengikuti ajaran dakwahnya. tak lebih dari 70-an orang dan sepasang hewan ternak. Nabi Yusuf diuji dengan kecantikan Zulaikha, bahkan wanita itu menutup pintu dan menawarkan diri: “kemarilah” apa jawabannya? “Aku berlindung kepada Allah, sungguh tuanku telah memperlakukan aku dengan baik.” Bahkan penjara lebih ia sukai dibandingkan dengan melayani keinginan wanita tersebut. Nabi Ibrahim diuji untuk mengorbankan ‘Ismail, anak yang sangat disayanginya.
Nabi Ayub diuji dengan penyakit yang sangat menjijikkan, mengakibatkan isteri-isterinya tak sanggup untuk merawatnya lagi. Demikian Nabi Ayyub alaihissalam yang mengalami kepahitan hidup mengeluh kepada Tuhan, ingin menuntut keadilan dari Allah,
Kemah-kemah para perusak sangat menyenangkan.
Mereka yang mendurhakai Tuhan tampak tenang.
Ini semua dilihat oleh mataku, didengar oleh telingaku
Dan kuketahui sepenuhnya
Tapi skenario itulah yang justru mempertajam mental mereka untuk melanjutkan jalan dakwah. Jalan pincang tetapi tetap tegar, tetap berjuang. Karena mereka sadar, ada ujung indah yang hendak dicapai. Ada panggilan lembut sang bidadari yang terus menggoda dan sayang untuk diabaikan. Mereka yakin, di sana, ada cinta yang siap menyambut. Cinta dari Allah tentunya.
Selamat berjuang !!

Post a Comment