Hasil gambar untuk dzikir


Oleh: Si Pincang
23 Dzulqaidah 1433H
10 October 2012
06:09

Dalam mengamalkan dzikir ada yang menggunakan cara/thoreqat, yang mengamalkan dzikirnya selain diucapkan dengan bibirnya, juga diisikan didalam ingattannya, sehingga memperoleh kemantapan dan rasa meresap kedalam hati maknawi, hati sirri – iman.


Menurut Imam Al-Ghazali, HAKIKAT INSAN /maknawi-siiri-Iman  / latifah , juga tempat jumpanya ma’rifat kepada Allah dan juga wadahnya NUR ILLAHI, sehingga disitulah dianugrahi Mukasyafah dan Musyahadah.


Dalam Hadist Hadist Qudsi :


Artinya: “Firman Allah, AKU jadikan pada anak Adam(manusia) itu ada istana, disitu ada dada, didalam dada itu ada qalbu(tempat bolak balik ingatan), didalamnya lagi ada fuad(jujur ingatannya), didalamnya pula adasyagof(kerinduan),juga didalamnya ada lubbun(merasa terlalu rindu), dan didalamnya ada sirrun(merasa mesra) didalam itulah ada AKU”


Kemudian diterangkan pula dalam hadist lainnya, yang erat hubungannya dengan hadist qudsi tersebut diatas, sebagai berikut:


Artinya:”Manusia itu rasa KU, dan AKU dirasakan manusia”.

Uraian hadist tersebut menunjukkan bahwa manusia harus melakukan ibadah kepada Allah SWT, dengan keadaan lurus dan terarah sehingga tembus dari mulai kulit sampai isi. Jadi bukan hanya kulitnya saja yang disebut yang disebut sadrun/dada jasmani manusia semata, dan begitu juga bukan hanya isinya saja yang disebut sirrun/rasa, tetapi kedua-duanya harus dihadapkan kepada Allah SWT baik diwaktu Hablumminalloh maupun di waktu Hablumminannaas agar lebih lengkap dan sempurna.

Sesuai dengan ucapan Ulama Tasawwuf Syekh Zainuddin bin Ali Al Malibari dalam kitabnya Al Azkiya:

Artinya;”Melakukan syari’at tanpa hakikat adalah kosong tidak berisi, sebaliknya melakukan hakikat tanpa syri’at adalah bathal”

Demikian juga ucapan Imam Al Ghazali ;”bahwa ilmunya pun harus lengkap”.

Artinya:” Siapa orang yang berfiqih saja tanpa tasawwuf adalah fasik, sebaliknya orang-orang bertasawwuf tanpa fiqih adalah zindik, dan siapa orang yang berfiqih dan bertasawwuf maka sesungguhnya adalah benar”.

Jadi untuk itu, demi kesempurnaan mengabdi kepada Allah SWT, agar kedua-duanya dipergunakan sebagaimana mestinya.
Demikian seseorang Mukmin yang Muttaqien melaksanakan isi Al-Qur’an, sebagaimana sabda Nabi:

Artinya:” Sesungguhnya petunjuk Al-Qur’an itu meliputi zahir bathin”.

Sebagaimana diuraikan didalam hadist qudsi tersebut diatas, bahwa di dalam dada ada lima rongga, yaitu Kalbu,Fuad,Syagof,Lubbun dan Sirrun, yang kesemuanya it uterus menerus dilintasi oleh godaan syetan dan bujukan nafsu.

Oleh karena itu manusia yang mengharapkan kebahagian dan kesejahteraan lahir bathin harus sanggup dan terus berusaha untuk membendung godaan-godaan syetan dan bujukan nafsu dalam rangka mewujudkan dan mengokohkan ibadah kepada Allah SWT, pada khususnya dan beramal baik dengan sesame manusia pada umumnya.

Dalam hal ini, didalam ilmu tasawwuf yang berpedoman kepada Al-Qur’an dan Al-Hadist harus benar-benar menggunakan thoreqat atau metode, agar berhasil dengan baik dan tepat mengenai sasaran, apakah itu yang diucapkan dan dilakukan(amalan badan jasmani), demikian juga yang diingatkan yang dimulai dari qolbun sampai ketingkat sirrun (amalan badan ruhani).

Didalam rasa mesra itulah tempat wusulnya manusia kepada Allah, disitulah tempat rasa syukur manusia atas nikmat yang diperoleh dari Allah Yang Maha Pengasih, disitu pulalah tempat sabarnya manusia terhadap musibah dari Allah SWT.

Juga disitulah tempat rasa kasih sayang dan tolong menolong serta rasa maaf me-maafkan dengan sesama manusia, dan disitulah tempat rasa Mahabbah kepada Allah Yang Maha Kuasa, dan disitulah tempat terbukanya hijab antara abid dengan ma’bud dan disitu juga adanya rasa setia, patuh dan rela mengamalkan apa yang diperintahkan oleh Allah SWT, dan rela menjauhi apa-apa yang dilarangnya(taqwa).

Jadi kesimpulannya bahwa eseorang Mukmin yang Muttaqien telah terisi rasa cintanya merembes mengalir pada gerak kegiatannya, baik zahir maupun bathinnya selalu dipersembahkan serta diserahkan sepenuhnya kepada Allah Jalla Jalaahu.

Hal ini sebagaimana sebuah ayat Allah yang selalu kit abaca setiap melaksanakan sholat fardlu maupun sholat sunnat dalam do’a iftitah.

Artinya:”Sesungguhnya sholatku,ibadatku, hidup dan kehidupanku, serta matiku, kami serahkan semuanya kepada Allah SWT”.

Demikianlah sekedar uraian yang dapat kami sampaikan, semoga semua penjelesan-penjelasan ini ada manfaatnya bagi kita semua. Aamiin.

Post a Comment