Tafsir Tadabbur : Surat al Kautsar
ahmad junaidi
V إِنَّا
أَعْطَيْنَاكَ الْكَوْثَرَ V فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ V إِنَّ شَانِئَكَ هُوَ الْأَبْتَرُ V
Sesungguhnya
Kami telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak. Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu dan berkorbanlah. Sesungguhnya orang-orang yang membenci kamu dialah yang
terputus.
Sebab Turunnya Ayat
Al Wahidy[1] menuliskan riwayat,
menceritakan kepada kami Muhammad bin musa bin fadhlu, menceritakan kepada kami
Muhammad bin ya’qub, menceritakan kepada kami Ahmad bin abdul jabbar,
mengabarkan kepada kami Yunus bin bukairi dari Muhammad bin ishaq berkata,
mengabarkan kepadaku Yazib bin ruman, ia berkata:
كَانَ الْعَاصُ بْنُ وَائِلٍ السَّهْمِيُّ إِذَا ذُكِرَ رَسُولُ
اللَّهِ - صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ - قَالَ: دَعُوهُ فَإِنَّمَا هُوَ
رَجُلٌ أَبْتَرُ لَا عَقِبَ لَهُ، لَوْ هَلَكَ انْقَطَعَ ذِكْرُهُ وَاسْتَرَحْتُمْ
مِنْهُ، فَأَنْزَلَ اللَّهُ تَعَالَى فِي ذَلِكَ: {إِنَّا أَعْطَيْنَاكَ
الْكَوْثَرَ} إِلَى آخِرِ السُّورَةِ.
Al
‘Ash bin Wa-il as sahmi jika disebutkan Rasulullah saw ia berkata:
“biarkanlah orang itu, karena ia seorang yang tidak memiliki penerus. Jika dia
binasa, maka terputuslah penyebutannya dan terlepaslah dari padanya, kemudian Allah ta’ala
menurunkan surat ini.
Ibnu Jarir ath
thobari menuliskan bahwa para ahli tafsir berbeda pendapat tentang maksudnya.
Sebagian berpendapat bahwa yang dimaksud adalah al ash bin wail as sahmi,
sebagian lain berpendapat uqbah bin Abi muith dan Ka’ab bin al asyraf.[2]
Dalam riwayat lain yang disampaikan oleh ikrimah dari ibnu abbas, bahwa ayat
ini terkait dengan abu jahal.[3]
Az zuhaili
menyimpulkan sebab turunnya ayat ini dalam tafsirnya sebagai berikut,[4]
كان سبب نزول هذه السورة هو استضعاف النبي صلّى اللَّه عليه
وسلّم، واستصغار أتباعه، والشماتة بموت أولاده الذكور، ابنه القاسم بمكة، وإبراهيم
بالمدينة، والفرح بوقوع شدة أو محنة بالمؤمنين، فنزلت هذه السورة إعلاما بأن
الرسول صلّى اللَّه عليه وسلّم قوي منتصر، وأتباعه هم الغالبون، وأن موت أبناء الرسول
صلّى اللَّه عليه وسلّم لا يضعف من شأنه، وأن مبغضيه هم المنقطعون الذين لن يبقى
لهم ذكر وسمعة، البعيدون عن كل خير
Adapun sebab turunnya ayat ini adalah mereka (orang-orang kafir)
melemahkan nabi saw, menghinakan pengikutnya, gembira dengan kematian anak-anak
laki-laki Rasulullah. Yaitu al Qasim ketika di Mekah dan Ibrahim ketika di
madinah. Dan mereka berbahagia atas kesulitan dan ujian terhadap orang-orang
beriman. Maka Allah menurunkan surat ini sebagai pemberitahuan sesungguhnya
Rasulullah saw itu kuat dan senantiasa ditolong, pengikutnya adalah orang-orang
yang dimenangkan, dan wafatnya putra-putra Rasulullah saw tidak melemahkan
beliau. Orang-orang yang membencinya merekalah yang terputus dan sekali-kali
tak akan kekal, mereka jauh dari segala kebaikan.
Munasabah
Keterkaitan surat
ini dengan surat al ma’un adalah surat ini meluruskan dan menguatkan orientasi
manusia agar menjadikan kenikmatan uhkrawi lebih diutamakan dan menjadi tujuan
bagi manusia. Gambaran tentang kenikmatan al kautsar dan petunjuk kepada amal
ibadah untuk mendapatkan rahmah Allah untuk bisa memperolehnya.
Abu Ja’far al Gharnaty menjelaskan bahwa jika pada surat al ma’uun
Allah memperingatkan manusia agar tidak tertipu dengan kelezatan dunia dan
segala perhiasannya dengan menjadikannya sebagai tujuan, maka Allah mengabarkan
pada surat ini tentang karunia yang diberikan kepada nabi-Nya Muhammad
saw. Karunia terbaik dari segala yang
dapat dikumpulkan manusia yaitu al kautsar
yang merupakan kebaikan yang banyak.
Yang memiliki kolam tempat ummatnya kembali pada hari kiamat.[5] Allah
ta’ala berfirman,
قُلْ بِفَضْلِ اللَّهِ وَبِرَحْمَتِهِ فَبِذَلِكَ فَلْيَفْرَحُوا
هُوَ خَيْرٌ مِمَّا يَجْمَعُونَ
Katakanlah:
"Dengan karunia Allah dan rahmat-Nya, hendaklah dengan itu mereka bergembira.
Karunia Allah dan rahmat-Nya itu adalah lebih baik dari apa yang mereka
kumpulkan"
(yunus 58)
Keutamaan Surat al Kautsar
Imam al baidhowi menuliskan dalam
tafsirnya tentang keutamaan dan karunia yang terdapat pada surat al kautsar,
من قرأ
سورة الكوثر سقاه الله من كل نهر له في الجنة، ويكتب له عشر حسنات بعدد كل قربان قربه
العباد في يوم النحر العظيم
Barang siapa membaca surat al kautsar maka Allah akan
memberikannya minum dari setiap sungai di surga, dan menuliskan baginya sepuluh
kebaikan dengan hitungan setiap hewan kurban yang setiap hamba kurbankan pada
hari idul adha.[6]
V إِنَّا أَعْطَيْنَاكَ الْكَوْثَرَ V
Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu nikmat yang
banyak.
Al kautsar adalah (صيغة من
الكثرة. وهو مطلق غير محدود) bentukan
dari kata al katsrah yang berarti banyak tidak terbatas.[7] Kata
kautsar untuk mengekspresikan segala sesuatu yang banyak jumlah, kadar dan
takarannya yang tak berbatas.[8]
Para ulama tafsir memberikan
pengertian yang banyak tentang al kautsar yaitu, nama sebuah sungai di surga,
kolam pemandian nabi di surga, kenabian dan kitab suci, al qur’an, agama islam,
al qur’an yang dimudahkan membacanya, banyaknya sahabat, pengikut dan ummatnya,
kemenangan, derajat dalam berfikir, cahaya dalam hati Nabi saw, syafa’at,
mu’jizat berupa do’a mustajab, kalimat syahadat, ilmu fiqh, anugerah kewajiban
sholat lima waktu dan sesuatu yang agung.[9] ath
thobari berpendapat bahwa pengertian al kautsar yang kuat adalah sungai di
surga, sedangkan al qurthubi menguatkan pendapat bahwa al kautsar adalah sungai
dan kolam pemandian nabi saw.
Imam Muslim meriwayatkan dari Anas
bin Malik, ia berkata:
بَيْنَا رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ إِذْ أَغْفَى إِغْفَاءَةً، ثُمَّ رَفَعَ رَأْسَهُ مُتَبَسِّمًا فَقُلْنَا:
مَا أَضْحَكَكَ يَا رَسُولَ اللَّهِ؟ قَالَ: نَزَلَتْ عَلِيَّ آنِفًا سُورَةٌ- فَقَرَأَ-
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ: إِنَّا أَعْطَيْناكَ الْكَوْثَرَ. فَصَلِّ
لِرَبِّكَ وَانْحَرْ. إِنَّ شانِئَكَ هُوَ الْأَبْتَرُ- ثُمَّ قَالَ- أَتَدْرُونَ مَا
الْكَوْثَرُ؟. قُلْنَا اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ. قَالَ:" فَإِنَّهُ نَهَرٌ
وَعَدَنِيهِ رَبِّي عَزَّ وَجَلَّ، عَلَيْهِ خَيْرٌ كَثِيرٌ هُوَ حَوْضٌ تَرِدُ عَلَيْهِ
أُمَّتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ آنِيَتُهُ عَدَدُ النُّجُومِ، فَيُخْتَلَجُ الْعَبْدُ مِنْهُمْ فَأَقُولُ إِنَّهُ مِنْ أُمَّتِي،
فَيُقَالُ إِنَّكَ لَا تَدْرِي مَا أَحْدَثَ بَعْدَكَ"
Ketika
Rasulullah saw di hadapan kami, tiba-tiba beliau pingsan, kemudian beliau
bangkit dari pingsannya sambil tersenyum, lalu kamipun bertanya, “wahai
Rasulullah, apa yang membuatmu tersenyum?” beliau menjawab: “barusaja telah
diturunkan kepadaku sebuah surat. “kemudian beliah membaca
bismillahirrahmannirrahim lalu membaca surat al kautsar. Kemudian ia berkata:
“apakah kalian mengetahui apakah al kautsar itu? Kami menjawab: “Allah dan
Rasul-Nya lebih mengetahui.” Beliau menjelaskan: “al kautsar adalah sebuah
sungai yang dijanjikan Allah untukku, pada sungai itu terdapat banyak sekali
kebaikan. Al kautsar adalah kolam yang di datangi oleh seluruh ummatku (yang
beriman) pada hari kiamat nanti, jumlah bejananya sangat banyak layaknya jumlah
bintang yang ada dilangit. Tiba-tiba sebagian dari mereka dikeluarkan dari
kolam tersebut, maka aku langsung berkata: “ya Allah mereka termasuk ummatku”
lalu Allah menjawab: “engkau tidak mengetahui apa yang terjadi pada masa
setelah engkau wafat”.[10]
Imam at Tirmidzi
meriwayatkan dari dari Abdullah bin Umar bahwa Rasulullah saw bersabda:
الْكَوْثَرُ
نَهَرٌ فِي الْجَنَّةِ، حَافَّتَاهُ مِنْ ذَهَبٍ، وَمَجْرَاهُ عَلَى الدُّرِّ وَالْيَاقُوتِ،
تُرْبَتُهُ أَطْيَبُ مِنَ الْمِسْكِ، وَمَاؤُهُ أَحْلَى مِنَ الْعَسَلِ وَأَبْيَضُ
مِنَ الثَّلْجِ
Al kautsar adalah sebuah sungai di surga yang kedua tepiannya
terbuat dari emas, dan dinding sungai itu terbuat dari permata dan zamrud,
pasirnya lebih harum dari kesturi, airnya lebih manis dari madu dan lebih putih
dari salju.[11]
V فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ V
Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu dan berkorbanlah.
Ibnu Katsir menjelaskan bahwa
maksud ayat ini adalah
أَخْلِصْ
لِرَبِّكَ صَلَاتَكَ الْمَكْتُوبَةَ وَالنَّافِلَةَ ونَحْرَك، فَاعْبُدْهُ وَحْدَهُ
لَا شَرِيكَ لَهُ، وَانْحَرْ عَلَى اسْمِهِ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ
Ikhlashkanlah dirimu dalam menjalankan
sholat wajib dan sunnahmu serta dalam berkurban hanya untuk Rabbmu. Ibadahilah
Dia semata yang tiada sekutu bagi-Nya dan berkurbanlah dengan menyebut nama-Nya
semata yang tiada sekutu baginya.[12]
Sayyid
quthb berpendapat,
وجه الرسول-
صلى الله عليه وسلم- إلى شكر النعمة بحقها الأول. حق الإخلاص والتجرد لله في العبادة
وفي الاتجاه..في الصلاة وفي ذبح النسك خالصا لله: غير ملق بالا إلى شرك المشركين، وغير
مشارك لهم في عبادتهم أو في ذكر غير اسم الله على ذبائحهم
Ayat ini mengarahkan Rasulullah saw untuk mensyukuri nikmat Allah
dengan memenuhi hak-Nya yang pertama. Yaitu hak keikhlasan dan totalitas niat kepada
Allah dalam beribadah dan dalam menjadikannya sebagai orientasi dalam sholat
dan dalam menyembelih kurban, semata mara karana Allah. Tanpa menghiraukan
orang-orang musyrik dan tanpa mengikuti peribadatan mereka atau penyebutan nama
selain Allah dalam sembelihan-sembelihan mereka.[13]
V
إِنَّ شَانِئَكَ هُوَ الْأَبْتَرُ V
Sesungguhnya orang-orang yang membenci kamu dialah yang
terputus.
Kata abtar (pincang) biasa digunakan
oleh orang-orang arab pada seseorang yang sebelumnya memiliki anak laki-laki
dan anak perempuan, lalu ia ditinggal mati oleh anak laki-lakinya.[14] Ath
thaobari berpendapat bahwa al abtar adalah (الأقلّ
والأذلّ المنقطع دابره، الذي لا عقب له) yang lebih sedikit, lebih hina dan terputus serta tidak ada
penerusnya. [15]Qatadah
mengatakan bahwa al abtar adalah (الحقير
الدقيق الذليل) yang hina
kerdil dan rendahan[16]
Ayat ini menjelaskan bahwa
sesungguhnya orang-orang yang membenci Rasulullah saw baik secara pribadi
maupun risalah yang beliau bahwa maka merekalah yang terputus.
Makna ini diungkapkan oleh Ibnu
katsir dalam tafsirnya,
إِنَّ مُبْغِضَكَ
-يَا مُحَمَّدُ-وَمُبْغِضَ مَا جِئْتَ بِهِ مِنَ الْهُدَى وَالْحَقِّ وَالْبُرْهَانِ
السَّاطِعِ وَالنُّورِ الْمُبِينِ، هُوَ الْأَبْتَرُ الْأَقَلُّ الْأَذَلُّ الْمُنْقَطِعُ
ذكْرُه
Sesungguhnya
orang-orang yang membencimu wahai Muhammad serta membenci apa yang engkau bawa
baik berupa petunjuk, kebenaran, bukti nyata dan cahaya yang terang benderang
adalah yang terputus, paling sedikit jumlahnya dan paling hina dan terputuslah
penyebutannya.[17]
Demikian pula pendapat ath thobari,
إن الله
تعالى ذكره أخبر أن مُبغض رسول الله صلى الله عليه وسلم هو الأقلّ الأذلّ، المنقطع
عقبه، فذلك صفة كل من أبغضه من الناس، وإن كانت الآية نزلت في شخص بعينه.
Sesungguhnya
Allah ta’ala mengabarkan bahwa orang yang membenci Rasulullah saw adalah orang
yang lebih sedikit, hina dan terputus. Itulah sifat setiap orang yang membenci
beliau, meskpun ayat ini turun terkait dengan orang tertentu.[18]
Hikmah
1. Surat ini menggambarkan perbandingan
antara hakikat petunjuk, kebaikan dan keimanan -- yang banyak, berlimpah dan
tidak ada batasnya baik di dunia maupun di akhirat -- dengan hakikat kesesatan
keburukan yang sedikit, tidak memadai dan terputus.[19] Tidak
mungkin segala sesuatu yang terkait kepada Allah itu terputus sedang Dia adalah
zat Yang Maha Hidup dan Abadi.
2. Segala
karunia yang Allah limpahkan kepada manusia menunjukkan wajibnya manusia
memenuhi hak Allah, yaitu untuk mengesakannya dalam beribadah melalui segenap
aspeknya. Sebagai bentuk rasa syukur kepada-Nya. Ibnul Qayyim mengatakan itulah
hakikat penghambaan kepada Allah,
ظُهُورُ أَثَرِ نِعْمَةِ اللَّهِ
عَلَى لِسَانِ عَبْدِهِ: ثَنَاءً وَاعْتِرَافًا. وَعَلَى قَلْبِهِ: شُهُودًا وَمَحَبَّةً.
وَعَلَى جَوَارِحِهِ: انْقِيَادًا وَطَاعَةً
Nampaknya pengaruh nikmat Allah atas lisan hamba-Nya yang
berupa pujian dan pengakuan, atas hatinya berupa kesaksian dan kecintaan serta
atas anggota badannya berupa ketundukan dan kepatuhan.[20]
Wallahu a’lam.